Monday, May 11, 2009

World AIS Day, May the 15th


Did You Know That ?

The celebration of the World Aeronautical Information Services day is in line with the Standard and Recommended Practices (SARPS) for AIS, which was first adopted by the ICAO council on 15th May 1953.

Annex-15 has its origins in Article 37 of the Chicago Convention on International Civil Aviation.

The first requirements for the Annex were developed by the ICAO Air navigation Comittee (now the Air Navigation Comission) in 1947.

Kini Saatnya AIS berbenah diri

Mengambil momentum hari AIS dunia, 15 Mei 2009 kali ini, sangatlah relevan dengan entusiasme komunitas AIS diseluruh dunia untuk mengantarkan transformasi AIS menuju AIM (Aeronautical Information Management).

Sementara diluar Indonesia, AIS secara gradual terus bertransformasi dari Analog ke era Digital, kita masih berkutat dengan masalah anggaran dan marginalisasi secara tidak langsung dari sementara kalangan diluar AIS yang masih menganggap bahwa AIS hanyalah pelengkap, hanya supporting unit, bukan pelaku utama.

Mari berbenah diri, mulai dari hulu sampai ke hilir...

Jangan lagi melihat Eurocontrol, Amerika, Jepang dan Australia yang telah dengan mulus meluncur menuju AIM, sedangkan Nigeria dan negara-negara Afrika sekitarnya sudah pula mulai berbenah diri.

Let's moving, tunggu apa lagi saudara!




Thursday, March 12, 2009

AIS Tempo Doeloe

Sekitar tahun 1982 ketika baru lulus dari Curug, kita berempat (Saya , Emmutto, Didik Kiswianto dan Agatha Asri Herini) ditempatkan di Bandar Udara Kemayoran-Jakarta. Namanya juga wong ndesa, begitu melihat peralatan di Gedung Operasi (sekarang menjadi Hotel NAM) terbengong-bengonglah kita akan komplitnya peralatan waktu itu.

Pesawat Telepon.
Di Briefing Office waktu itu ada 5 line telpon berjajar-jajar, masih menggunakan sistim direct line ke masing-masing unit; 1) ke Tower 2) ke Public Information 3) ke ATS unit lainnya 4) keluar 5) ke Teknisi. Pada mulanya sangat sulit untuk membedakan bunyi telpon antara satu dengan yang lainnya, akibatnya bila ada telpon bunyi…krrringgg! bingung juga menebak telpon yang mana, apalagi kalau yang bunyi 2 atau 3 telpon secara bersamaan. Namun lama-kelamaan kita jadi hapal dengan bunyi masing-masing telpon.

Mesin Duplikator
Notam Office waktu itu masih dititipkan di PN Angkasa Pura, letaknya disebelah Briefing Office (ada pintu yang menghubungkannya). Kalau ada NOTAM yang perlu untuk Pre-Flight Briefing (saat itu kita belum berani untuk mengatakan PIB) maka satu persatu NOTAM tersebut diketik dengan kertas stensil , setelah itu diproses dengan memutar (direkam) dengan mesin DUPLO dengan dilumuri tinta (tintanya lengket hitam) sehingga menghasilkan duplikat seberapa banyak yang kita inginkan , kertas yang dipakai adalah kertas merang (warnanya kekuningan, kalau kena air tintanya mblobor dan mudah sobek). Sehabis nyetensil (begitu proses membuat cikal bakal PIB disebut) tidak jarang tangan berlepotan tinta hitam. Kalau pas memutar mesin Duplo, suaranya glodak…glodak…glodak…ser…ser…ser…diujungnya keluar kertas-kertas hasil stensil berisi NOTAM yang siap untuk dibagikan ke Airlines. Sampai dengan tahun 1987 ketika kita sudah pindah ke Soekarno-Hatta mesin Duplo ini masih dipakai. Setelah itu baru ada Mesin Fotokopi Modern.

Catatan:
1. Emmutto sekarang PTO AIS di Halim PK – Jakarta.
2. Didik Kiswianto sekarang Junior Manager di Lasmo Oil Co. – Riau.
3. Agatha Asri Herini sekarang Supervisor di Navigasi Garuda Indonesia- Jakarta.
4. Saya masih sebagai Budiono Richwan.

C’est La Vie !

Wednesday, March 04, 2009

Do What You Write; Write What You Do

Saudara/i AIS’er,
Sore itu, kebetulan saya ketemu dengan rekan Meteo StaMet CKG, Mas Tito Sumantito dalam rangka ikut jemputan pulang dinas pagi. Di lobby depan Briefing Ofice Soetta pandangan saya tertuju pada banner yang dipasang berdiri didepan kantor StaMet Klas I Cengkareng (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) : "Melalui Sertifikasi ISO 9001:2000 Kami Berkomitmen Untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Meteorologi”.

Saudara/i AIS’er,
Ternyata tetangga kita sudah berbenah diri lebih dahulu; Mas Tito menyatakan bahwa sudah kurang lebih 3 tahun yang lalu BMG (waktu itu) berusaha untuk mendapatkan ISO 9001:2000 dengan menerapkan prinsip ISO yaitu : Do What You Write; Write What You Do ! Setelah jatuh bangun, dan terkendala dengan anggaran, akhirnya BMKG mendapatkan ISO 9001:2000 tahun 2009 ini.

ISO 9001:2000 berlaku juga untuk AIS pada khususnya dan Air navigation Services pada umumnya, malahan di Eropa dan Amerika sudah applicable New ISO 9001:2008.

A big question!
Kapan AIS Indonesia akan mulai menerapkan ISO 9001:2000 kalau tidak dari kita-kita yang ada di bandara-bandara? Do What You Write; Write What You DO !!, Right Now!! Nevertheless your grade and class …

Pelajaran berharga yang dapat diambil hikmahnya :
Spirit and Motivation could overtaken Financial constraint. Kita semua tahu, take home pay rekan kita Meteo relative dibawah AP1 dan Ap2. Namun mereka bisa mendapatkan standard requirement ISO 9001:2000 lebih dahulu daripada Air Navigation Services.

Note:
Mr.Sumantito is the person responsible to manage ISO 9001:2000 for BMKG, He will move soon to Makassar as Weather Analizing Manager at StaMet MKS.

Wednesday, February 25, 2009

Paradox Kebahagiaan

The Older We Get, the Happier We AreWe may get creaky and cranky as we get older, but we can be happier than we were when we were young. So says Peter A. Ubel and other researchers at the University of Michigan, Ann Arbor.

Banyak artikel yang menyimpulkan bahwa semakin tua semakin bahagia. Pada umumnya orang beranggapan semakin tua semakin sengsara, mudah sakit, penghasilan berkurang sementara pengeluaran bertambah dsb… yang menyebabkan kurang bahagia. Tidak!!, ternyata banyak riset yang membuktikan sebaliknya : semakin tua semakin bahagia. Kebahagiaan tidak ada relevansinya dengan kekayaan (wealth) dan kesehatan (health). Kebahagiaan itu ada didalam pikiran dan hati ( in the state of mind/heart).
Apa sebab semakin tua semakin bahagia ?
Bahagia, menurut para ahli ada yang bersifat Genetis. Orang yang pada dasarnya gampang bahagia, meskipun hidupnya sengsara dan dimarginalkan tetap saja bahagia. Sebaliknya orang yang pada dasarnya sulit untuk bahagia, walaupun hidup penuh kesejahteraan dan sehat wal afiat, tetap saja merasa tidak bahagia.

Komponen utama rasa bahagia adalah dari (1) having what we want, dan (2) wanting what we have. (1) having what we want = memiliki apa yang diinginkan. rumusnya = rasio yang dapat dicapai (= having=H) dibagi dengan total keinginan (=want=W).

Bahagia = H/W.

Ketika kita muda, banyak sekali keinginan yang akibatnya angka W menjadi besar. Yang dapat dicapai H Cuma sedikit, akibatnya index kebahagiaan = H/W menjadi kecil. Ketika muda hidup penuh dengan frustasi dan kekecewaan karena index kebahagiaan jeblok!. Semakin tambah usia bertambah bijaksana, semakin tepat untuk menetapkan keinginan (W) dan semakin paham (H) mana yang dapat diraih. Semakin tua bukan semakin banyak yang ingin dicapai tetapi semakin tepat dalam menentukan apa yang dapat dicapai, oleh karena itu rasio atau index kebahagiaan H/W bertambah baik.
(2) wanting what we have = menikmati apa yang dipunyai. Ketika muda kita mengalami eskalasi; pada saat berhasil mencapai keinginan, maka keinginan akan menjadi bertambah. Tadinya ingin Kijang Innova lantas kepengin sedan BMW. Ketika keinginan bertambah, maka apa yang kita punya menjadi kurang dapat dinikmati. Bukan mensyukuri apa yang dipunyai, malahan mengejar yang belum tentu dapat dicapai. Untuk mengejar musti memakan waktu, waktu habis untuk mengejar…semakin tidak bisa memanfaatkan yang dipunyai. Mengejar kebahagiaan dengan bersusah payah dan sengsara untuk mencapai bahagia…tidak habis-habisnya. Itulah yang disebut dengan Paradox Kebahagiaan.

Tuesday, January 27, 2009

AIS for AIS'er

Saudara-saudara AIS’er,
Ketika Presiden Charles Andre Joseph Marie de Gaulle (22 November 1890 – 09 November 1970) memimpin negeri Perancis (1959-1969), sang jenderal ini selalu menggugah rakyatnya untuk menjadi bangsa yang besar didunia. Slogan yang terkenal dari “le Grand General de Gaulle” ini antara lain : «la France est Aux Francais» atau Negeri Perancis untuk Bangsa Perancis sendiri. Saat ini, di era krisis ekonomi global: Perancis, (dan juga Amerika) tengah membuka dan menerapkan sejarah lama : kalau mau PHK karyawan dahulukan yang imigran, pertahankan yang penduduk asli !.

Kembali ke negeri kita tercinta Indonesia, Ir.Soekarno (06 Juni 1901 – 21 Juni 1970) pernah mencanangkan juga slogan-slogan nasionalisme yang senada dengan de Gaulle. "Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara. Berjiwa besarlah, berimagination. Gali ! Bekerja! Gali! Bekerja! Kita adalah satu tanah air yang paling cantik di dunia", begitu salah satu pidatonya di Semarang 1956 dan ‘Go to hell with Your Aids’ teriaknya ketika rasa bencinya terhadap Amerika telah memuncak. Namun di saat yang sama sekarang ini, beranikah kita mem PHK expertise-ekspertise asing dan mempekerjakan tenaga ahli dari bangsa Indonesia sendiri?

Saudara-saudara AIS’er,
Berkaca dari dua hal diatas, slogan « AIS for AIS’er » rasa-rasanya bakal sangat relevan untuk diterapkan di dunia penerbangan Indonesia.

Catatan :
1) " Charles de Gaulle " dipakai sebagai nama bandar udara internasional di Paris – Perancis.
2)" Soekarno-Hatta " dipakai sebagai nama bandar udara internasional di Jakarta – Indonesia.

Friday, January 09, 2009

IF YOU WISH TO BE KNOWN BY OTHERS

It was twenty five (25) years ago...
I was a trainee at PT Angkasa Pura (formerly) Kemayoran Airport, Jakarta. There was an officer who always brought some books on his hand, whilst the others brought a sack full of food & snacks. Some times he ordered me to do his duty, on reward he traited me "nasi goreng pak kumis" located just in front of domestic terminal. I was curious what kind of man he was, what did he do, may be he had double jobs ?. My curiosity became clear after I knew that he studied economic at University of Indonesia. Year 1984, after that I never met him anymore.. until 7 January 2009 on a dining table, times seem to go back as I encountered the same man who had got a bold hair and a wise smile. "Good afternoon pak Parji", he noted me a while and " You must be Budiono Richwan". What a surprise! that as long as twenty five years we hadn't met, anyhow he still remember my full name. He is Pak YAY Suparji, the Director of Commercial and Business Development Pt Angkasa Pura I. The lesson I've got : "If you wish to be known be others, known and remember the persons you've met "

Sunlake Hotel, Jakarta

Wednesday, December 10, 2008

TRULLY AIS'er

IT WAS SOME DAYS AGO, AT A SMALL RESTAURANT NEARBY SOEKARNO-HATTA AIRPORT. WE GAVE A HONOURABLE SALUTATION TO PAK BAMBANG SUGENG AND PAK HARRIS SEDRADJAT FOR BEING INVOLVED IN THE AIS WORLD FOR MORE THAN 30 (THIRTY) YEARS. FROM THE VERY BEGINNING UNTIL THEY'RE RETIRED, PAK BAMBANG AND PAK HARRIS FAITHFULNESS TO THESE PROMISING UNIT CALLED "AERONAUTICAL INFORMATION SERVICES". IT'S HARD TO FIND ANOTHER FELLOWS LIKE THE TWO OF THEM ! SO LET'S START FORMING OF CADRES FROM THE YOUNG AIS GENERATIONS, OR OTHERWISE WE WILL BE SINKING BEYOND THE AVIATION WORLD. INDEED THEY'RE TRULLY AIS'er !!